Dasar-Dasar Akuntansi

Dasar-Dasar Akuntansi

Buku Besar (Dasar-Dasar Akuntansi)
A. PENGERTIAN
Buku Besar adalah buku yang berisi semua rekening-rekening (kumpulan rekening) yang ada dalam laporan keuangan.
Buku ini mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada masing-masing rekening dan pada akhir periode akan tampak saldo dari rekening-rekening tersebut. Setiap transaksi yang telah dicatat dalam jurnal akan diposting atau dipindahkan ke Buku Besar secara berkala.

B. BENTUK
Bentuk Akun Buku Besar yang sederhana adalah bentuk T, sebagai berikut:

Buku Besar ……….. Buku Besar ………….

Debet Kredit Debet Kredit






Bentuk Akun Buku Besar T yang cukup lengkap berbentuk sebagai berikut:

             Nama Rekening                No. ………
Debet                    Kredit
Tgl. 
Keterangan  
Ref. 
Jumlah  
Tgl. 
Keterangan  
Ref. 
Jumlah  

Bagian Referensi mengacu pada pencatatan dalam jurnal yaitu halaman jurnal pada saat transaksi dicatat.
Proses posting mengacu ke pencatatan Debet atau Kredit pada jurnal yaitu bila dalam jurnal dicatat dalam sisi debet dari suatu perkiraan tertentu maka dalam perkiraan Buku Besar untuk perkiraan yang sama juga harus didebet.

C. CONTOH
Berdasar contoh jurnal pada BAB III dapat dilakukan posting ke Buku Besar sebagai berikut:

Setelah seluruhnya diposting, masing-masing perkiraan dapat dihitung saldonya dengan cara seperti contoh di atas.
Neraca Saldo (Dasar-Dasar Akuntansi)
A. PENGERTIAN
Neraca Saldo adalah daftar yang berisi kumpulan seluruh rekening/perkiraan Buku Besar.
Neraca Saldo biasanya disiapkan pada akhir periode atau dapat juga disiapkan kapan saja untuk memastikan keseimbangan Buku Besar. Untuk menyiapkan Neraca Saldo, saldo tiap perkiraan harus ditentukan terlebih dahulu.

B. FUNGSI
Neraca Saldo disusun untuk memastikan bahwa Buku Besar secara matematis adalah akurat dengan pengertian bahwa jumlah saldo-saldo debet selalu sama dengan saldo-saldo kredit. Namun keseimbangan bukan berarti catatan-catatan akuntansi benar-benar akurat.

C. BENTUK

NERACA SALDO
Nama Rekening  
No. Rekening 
Debet 
Kredit 


Saldo setiap rekening disusun berurutan dari rekening Neraca dan rekening Rugi Laba sebagai berikut:
  1. Aktiva Lancar
  2. Aktiva Tetap
  3. Aktiva Lain-lain
  4. Hutang Lancar
  5. Hutanng Tidak Lancar
  6. Ekuitas
  7. Pendapatan Operasi
  8. Pendapatan Non Operasi
  9. Beban Operasi
  10. Beban Non Operasi


D. CONTOH
Berdasar contoh Buku Besar pada BAB IV dapat disusun Neraca Saldonya sebagai berikut:

NERACA SALDO
Nama Rekening  
No. Rekening 
Debet 
Kredit 
Kas  
356.250.000 
-
Piutang  
5.000.000 
Kendaraan  
150.000.000 
Peralatan  
50.000.000 
Hutang  
50.000.000 
Modal  
500.000.000 
Pendapatan  
13.000.000 
Beban Telepon 
1.000.000 
Beban Asuransi 
750.000 
Saldo  
563.000.000 
563.000.000 
Latihan 12
Berdasarkan soal latihan 11 pada BAB IV susunlah Neraca Saldonya.

Jawab:
NERACA SALDO
Nama Rekening  
No. Rekening 
Debet 
Kredit 

Jurnal (Dasar-Dasar Akuntansi)
A. PENGERTIAN
Jurnal adalah catatan sistematis dan kronologis dari transaksi-transaksi keuangan dengan menyebutkan rekening yang akan didebet atau dikredit disertai jumlahnya masing-masing dan referensinya.

B. FUNGSI
Jurnal bagi suatu perusahaan mempunyai fungsi sebagai berikut:
  1. Fungsi Analisis
Yaitu untuk menentukan perkiraan yang di debet dan perkiraan yang dikredit serta jumlahnya masing-masing.

  1. Fungsi Pencatatan
Yaitu untuk mencatat transaksi keuangan dalam kolom debet dan kredit serta keterangan yang perlu

  1. Fungsi Historis
Yaitu untuk mencatat aktivitas perusahaan secara kronologis.

C. BENTUK
Bentuk jurnal adalah sebagai berikut:
Hal:….
Tanggal 
Rekening & Keterangan 
Referensi 
Debet 
Kredit 

CONTOH
Berikut ini adalah contoh jurnal dari transaksi-transaksi:
  1. Pada tanggal 1 Januari 2002 Tuan Raka menyetorkan uang ke perusahaan sebesar Rp. 500.000.000,- sebagai setoran modal.

Tanggal 
Rekening & Keterangan 
Ref 
Debet 
Kredit
01-01-2002 
Kas
Modal, Tn Raka
(setoran modal Tn Raka) 

500.000.000


500.000.000 

  1. Pada tanggal 5 Januari 2002 perusahaan membeli sebuah mobil seharga Rp. 150.000.000,- serta tunai.
Tanggal 
Rekening & Keterangan 
Ref 
Debet 
Kredit 
05-01-2002
Kendaraan
Kas
(pembelian kendaraan) 

150.000.000


150.000.000 

  1. Pada tanggal 6 Januari 2002 membeli mesin fotokopi seharga Rp.50.000.000,- secara kredit.
Tanggal 
Rekening & Keterangan 
Ref 
Debet 
Kredit 
06-01-2002 
Peralatan
Hutang Dagang
(pembelian mesin foto kopi) 

50.000.000


50.000.000 

  1. Pada tanggal 15 Januari 2002 dibayar beban telepon sebesar Rp.1.000.000,-.
Tanggal 
Rekening & Keterangan 
Ref 
Debet 
Kredit 
15-01-2002 
Beban telepon
Kas
(membayar beban telepon) 

1.000.000


1.000.000 

  1. Pada tanggal 18 Januari 2002 diterima pendapatan dari jasa foto kopi sebesar Rp. 8.000.000,-.
Tanggal 
Rekening & Keterangan 
Ref 
Debet 
Kredit 
18-01-2002 
Kas
Pendapatan
(penerimaan pendapatan foto kopi) 

8.000.000


8.000.000 


  1. Pada tanggal 26 Januari 2002 dibayar asuransi sebesar Rp. 750.000,-.
Tanggal 
Rekening & Keterangan 
Ref 
Debet 
Kredit 
20-01-2002 
Beban Asuransi
Kas
(membayar beban asuransi) 

750.000


750.000 

  1. Pada tanggal 21 Januari 2002 perusahaan telah menyelesaikan jasa foto kopi sebesar Rp.5.000.000,- tetapi uangnya belum diterima
Tanggal 
Rekening & Keterangan 
Ref 
Debet 
Kredit 
21-01-2002 
Piutang
Pendapatan
(penerimaan pendapatan foto kopi) 

5.000.000


5.000.000 


Latihan 10
Buatlah jurnal untuk transaksi-transaksi berikut ini:
  1. Tanggal 5 Maret 2002 Tuan Rangga menyetorkan uang ke perusahaan sebesar Rp. 50.000.0000,- sebagai setoran modal.
  2. Tanggal 7 Maret 2002 dibeli perlengkapan sebesar Rp. 2.000.000,- secara tunai.
  3. Tanggal 15 Maret 2002 dibeli sebuah mobil seharga Rp. 90.000.000,- secara kredit dengan uang muka sebesar Rp. 10.000.000,-.
  4. Tanggal 17 Maret 2002 dibeli mesin fotokopi seharga Rp. 30.000.000,- tunai.
  5. Tanggal 20 Maret 2002 diterima pendapatan sebesar Rp. 15.000.000,-
  6. Tanggal 22 Maret 2002 dibayar beban telepon sebesar Rp. 500.000,-
  7. Tanggal 25 Maret 2002 dibayar angsuran pembelian mobil sebesar Rp.3.000.000,-
  8. Tanggal 26 Maret 2002 diterima pendapatan sebesar Rp. 10.000.000,-
  9. Tanggal 27 Maret 2002 dijual sebuah mesin fotokopi seharga Rp.25.000.000,- secara kredit.
  10. Tanggal 30 Maret 2002 dibayar gaji pegawai sebesar Rp.2.000.000,-

Jawab:
JURNAL

Tanggal 
Rekening & Keterangan 
Ref 
Debet 
Kredit 
Neraca Lajur (Dasar-Dasar Akuntansi)
A. PENGERTIAN
Neraca Lajur adalah kertas kerja berkolom-kolom untuk memudahkan dalam membuat penyesuaian dan penyusunan laporan keuangan.
Neraca Lajur disusun dengan memindahkan data-data Neraca Saldo dan Jurnal Penyesuaian..

B. BENTUK
Berikut ini adalah bentuk Neraca Lajur 10 (sepuluh) kolom.

NERACA LAJUR
Perkiraan 
Neraca Saldo 
Penyesuain
Neraca Saldo setelah Penyesuain 
Rugi-Laba 
Neraca 




C. CONTOH

Berdasarkan contoh Neraca Saldo pada BAB V dan contoh jurnal penyesuaian pada BAB VI dapat disusun Neraca Lajur sebagai berikut:

NERACA LAJUR
(Dalam Ribuan)
Perkiraan 
Neraca Saldo 
Penyesuain 
Neraca Saldo setelah Penyesuain 
Rugi-Laba 
Neraca 
Kas  
356.250 
356.250 
356.250 
Piutang dagang 
5.000 
5.000 
5.000 
Kendaraan  
150.000 
150.000 
150.000 
Peralatan  
50.000 
50.000 
50.000 
Hutang dagang 
50.000 
50.000 
50.000 
Modal  
500.000 
500.000 
500.000 
Pendapatan
13.000 
600 
500 
12.900 
12.900 
Beban telepon 
1.000 
1.000 
1.000 
Beban asuransi 
750 
500 
250 
250 
563.000 
563.000 

Beban depresiasi 

9.000 

9.000 

9.000 

Ak. Depr.  
9.000 
9.000 
9.000 
Asuransi dibyr dimk 
500 
500
500 
Beban gaji 
2.000 
2.000 
Hutang gaji 
2.000 
2.000 
2.000 
2.000 
Pendptan diterima dimk 
600 
600 
600 
Piutang pendapatan 
500 
500 
500 
12.250 
12.250 
574.500 
574.500 
12.250 
12.900 
650 
Laba  
650 
12.900 
12.900 
562.250 
562.250 






Latihan 14
Buatlah jurnal penyesuaian untuk transaksi-transaksi berikut ini:
  1. Perusahaan telah membayar sewa gedung kantor untuk 3 tahun ini sebesar Rp 12.000.000;
  2. Perusahaan telah menyelesaikan pekerjaan perbaikan mobil senilai Rp 10.000.000; tetapi uangnya belum diterima.
  3. Asuransi yang telah jatuh tempo sebesar Rp 1.000.000; dari Rp 2.000.000;
  4. Perusahaan masih harus membayar gaji pegawai sebesar Rp 750.000;
  5. Sisa perlengkapan yang ada sebesar Rp 500.000;
  6. Beban depresiasi kendaraan sebesar Rp 1.000.000;

Jawab :
JURNAL PENYESUAIAN
Tanggal  
Rekening  
Ref 
Debet  
Kredit  

Berdasarkan data neraca saldo berikut ini dan jurnal penyesuaian di atas buatlah neraca lajurnya!

NERACA LAJUR
(Dalam Ribuan)
Perkiraan 
Neraca Saldo 
Penyesuain 
Neraca Saldo setelah Penyesuain 
Rugi-Laba 
Neraca 
Kas  
100.000 
Piutang  
50.000 
Perlengkapan  
1.000 
Peralatan  
75.000 
Kendaraan  
80.000 
Hutang  
80.000 
Modal  
200.000 
Pendapatan  
41.000 
Beban telepon 
500 
Beban gaji 
500 
Beban Asuransi 
2.000 
Beban sewa 
12.000 
321.000
321.000 

 Laporan Keuangan (Dasar-Dasar Akuntansi)
A. TUJUAN
Berdasar Neraca Lajur dapat disusun laporan keuangan perusahaan. Tujuan dari disusunnya laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan pemakaiannya.
Laporan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

B. LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan perusahaan terdiri dari :

  1. Laporan Laba Rugi
    yaitu laporan mengenai pendapatan, beban, dan laba atau rugi suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.

  1. Laporan Perubahan Modal
    yaitu laporan yang menyajikan perubahan modal karena penambahan dan pengurangan dari laba/rugi dan transaksi pemilik.

  1. Neraca
    yaitu laporan yang menggambarkan posisi keuangan dari suatu perusahaan yang meliputi aktiva, kewajiban dan ekuitas pada suatu saat tertentu.

  1. Laporan Arus Kas
    yaitu laporan yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu. Laporan Arus Kas akan dibahas dalam bab tersendiri.

C. CONTOH
Berdasarkan contoh Neraca Lajur pada BAB VIII dapat disusun laporan keuangan sebagai berikut:



Tn. RAKA
LAPORAN LABA RUGI
untuk periode yang berakhir 31 Desember 2002



     






Tn. RAKA
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Per 31 Desember 2002





Tn. RAKA
NERACA
Per 31 Desember 2002
AKTIVA
Aktiva Lancar:
Kas
Piutang dagang
Asuransi di bayar dimuka
Piutang Pendapatan

Aktiva Tetap:
Kendaraan 150.000.000
Ak. depr. Kendr 9.000.000

Peralatan  


Rp. 356.250.000,-
5.000.000,-
500.000,-
500.000,-




Rp. 141.000.000,-
50.000.000,-
Rp. 553.250.000,-
HUTANG

Hutang Dagang
Hutang gaji
Pendapatan ditrm dimuka


MODAL
Modal Tn. Raka 


Rp. 50.000.000,-
2.000.000,-
600.000,-



500.650.000,-



Rp. 553.250.000,- 


Latihan 15
Berdasarkan data di bawah ini, susunlah Laporan Rugi Laba untuk PT TAKSAKA periode 1 Januari 2002 sampai dengan 31 Desember 2002.

  1. Beban Perlengkapan kantor …………………………….
  2. Beban iklan ………………………………………………
  3. Beban gaji pegawai ……………………………………
  4. Beban sewa kantor ………………………………………
  5. Beban asuransi …………………………………………
  6. Pendapatan………………………………………………
  7. Beban telepon……………………………………………
  8. Beban listrik dan air ……………………………………
  9. Beban penyusutan mesin………………………………
  10. Beban penyusutan mobil ………………………………
  11. Pendapatan bunga ………………………………………
  12. Beban bunga ……………………………………………
Rp. 75.000,-
Rp. 350.000,-
Rp. 4.000.000,-
Rp. 500.000,-
Rp. 200.000,-
Rp. 7.500.000,-
Rp. 125.000,-
Rp. 100.000,-
Rp. 300.000,-
Rp. 200.000,-
Rp. 250.000,-
Rp. 200.000,- 


D. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS/MODAL

Latihan 16
Dengan menggunakan data Laporan Rugi Laba di atas susun Laporan Perubahan Modal PT TAKSAKA per 31 Desember 2002 dengan asumsi Modal 1 Januari 2002 sebesar Rp. 1.200.000,- dan pengambilan oleh pemilik sebesar Rp. 300.000,-.

Latihan 17
Berdasarkan data di bawah ini dan data Laporan Perubahan Modal dalam Latihan 16, susunlah Neraca untuk PT TAKSAKA per tanggal 31 Desember 2000.

Kas ……………………………………………………………
Hutang lancar ………………………………………………
Hutang pajak …………………………………………………
Asuransi dibayar di muka……………………………………
Peralatan ………………………………………………………
Kendaraan ……………………………………………………
Akumulasi penyusutan peralatan …………………………
Piutang …………………………………………………………
Akumulasi penyusutan kendaraan …………………………..
Sewa yang masih harus dibayar ……………………………
Perlengkapan kantor …………………………………………
Rp. 400.000,-
Rp. 350.000,-
Rp. 50.000,-
Rp. 130.000,-
Rp. 1.500.000,-
Rp. 1.200.000,-
Rp. 300.000,-
Rp. 460.000,-
Rp. 200.000,-
Rp. 200.000,-
Rp. 160.000
Jurnal Penutup dan Jurnal Pembalik (Dasar-Dasar Akuntansi)
A. PENGERTIAN
Jurnal Penutup adalah ayat jurnal yang dibuat pada akhir periode akuntansi untuk menutup rekening-rekening nominal/sementara.
Akibat penutupan ini maka rekening–rekening ini pada awal periode akuntansi saldonya nol.
B. JURNAL PENUTUP
Terdapat 4 (empat) jurnal penutup yang harus dibuat yaitu:
  1. Menutup rekening Pendapatan
Rekening
Debet
Kredit
Pendapatan
Ikhtisar Rugi/Laba
xxx
xxx
  1. Menutup rekening Beban
Rekening
Debet
Kredit
Ikhtisar Rugi/Laba
Beban
xxx
xxx
  1. Menutup rekening Ikhtisar Rugi/Laba
Rekening
Debet
Kredit
Ikhtisar Rugi/Laba
Modal
xxx
xxx
  1. Menutup rekening Prive
Rekening
Debet
Kredit
Modal
Prive
xxx
xxx
C. CONTOH
Berikut adalah data laporan Rugi laba suatu perusahaan:
Pendapatan…………………………………………………….
Beban telepon……………………………………………
Beban asuransi……………………………………………
Beban depresiasi……………………………………………
Beban gaji..……………………………………………………
Rp. 12.900.000,-
Rp. 1.000.000,-
Rp. 250.000,-
Rp. 9.000.000,-
Rp. 2.000.000,-
Jurnal penutup yang harus dibuat pada akhir periode akuntansi adalah sebagai berikut:
JURNAL PENUTUP
Rekening
Debet
Kredit
Menutup Pendapatan:
Pendapatan
Ikhtisar Rugi/Laba
12.900.000
12.900.000
Menutup Beban:
Ikhtisar Rugi/Laba
Beban telepon
Beban asuransi
Beban depresiasi
Beban gaji
12.250.000
1.000.000
250.000
9.000.000
2.000.000
Menutup Ikhtisar Rugi/Laba:
Ikhtisar Rugi/Laba
Modal
650.000
650.000
Latihan 18
Buatlah jurnal penutup berdasarkan data-data sebagai berikut:
Pendapatan ………………………………………………….
Beban telepon ………………………………………………
Beban asuransi………………………………………………
Beban depresiasi………………………………………………
Beban gaji …….………………………………………………
Beban perlengkapan…………………………………………
Prive…..……………………………………………………….
Rp. 20.000.000,-
Rp. 1.500.000,-
Rp. 1.000.000,-
Rp. 10.000.000,-
Rp. 4.000.000,-
Rp. 2.000.000,-
Rp. 5.000.000,-
Jawab:
JURNAL PENUTUP
Rekening
Debet
Kredit






E. REVERSING ENTRIES (JURNAL BALIK)
Jurnal balik adalah jurnal yang dibuat pada awal periode sebagai kebalikan dari sebagian jurnal penyesuaian pada akhir periode sebelumnya. Jurnal ini bersifat opsional namun jika dilakukan memberikan manfaat. Tidak semua ayat jurnal penyesuaian dilakukan reversing entries. Jurnal penyesuian yang dibalik adalah:
  1. Hutang biaya
  2. Piutang Pendapatan
  3. Pendapatan Diterima Dimuka jika digunakan pendekatan pendapatan
  4. Biaya Dibayar Dimuka jika digunakan pendekatan beban (biaya)
Untuk memudahkan pemahaman, berikut ini disajikan ikhtisarnya saja sebagai berikut:
No.
Jenis AJP
Ayat Jurnal Penyesuaian
Jurnal Balik
1.
Hutang Biaya
Biaya Gaji
Hutang Gaji
100
100
Hutang Gaji
Biaya Gaji
100
100
2.
Piutang Bunga
Piutang Bunga
Pendapatan Bunga
150
150
Pendapatan Bunga
Piutang Bunga
150
150
3.
Pendapatan Diterima Dimuka
Pendapatan Tiket
Pendapatan Tiket DD
200
200
Pendapatan Tiket DD
Pendapatan Tiket
200
200
4.
Biaya Dibayar Dimuka
Sewa Dibayar Dimuka
Beban Sewa
900
900
Beban Sewa
Sewa Dibayar Dimuka
900
900
Akuntansi Hutang
  1. PENGERTIAN
Jika kita ingat kembali persamaan dasar akuntansi, sisi kiri persamaan akuntansi adalah harta (aktiva) dan sisi kanan terdiri dari hutang dan modal. Hutang menunjukkan besarnya kepentingan kreditur pada harta perusahaan. Sementara itu modal menunjukkan besarnya kepentingan pemilik pada harta perusahaan. Persamaan tersebut juga tergambar pada neraca yang memuat harta, hutang dan modal.
Adanya hutang di neraca menunjukkan perusahaan pernah menarik sumber daya yan digunakan dari kreditur. Pada bab ini akan dibicarakan akuntansi atas kegiatan pendanaan yang berasal dari kreditur. Hutang didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat ekonomi di masa datang yang bersifat probable
yang timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk menyerahkan harta atau menyediakan jasa ke entitas lain di kemudian hari sebagai akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu. Dari definisi di atas dapat ditarik beberapa hal penting yaitu :
  1. Hutang ini timbul dari transaksi atau kejadian masa lalu.
  2. Hutang harus melibatkan transfer asset atau penyediaan jasa dikemudian hari yang bersifat probable (hampir pasti).
  3. Hutang ini merupakan kewajiban dari suatu entitas.

  1. KLASIFIKASI HUTANG
Untuk tujuan pelaporan, hutang diklasifikasikan sebagai hutang lancar dan hutang jangka panjang. Suatu hutang yang berasal dari kegiatan operasional akan diklasifikasikan sebagai hutang lancar jika hutang ini akan dilunasi dengan menggunakan harta lancar dalam satu tahun ke depan atau dalam satu siklus operasi normal, yang mana yang lebih lama. Namun hutang yang berasal dari pinjaman bank, atau pinjaman lainnya diklasifikasikan menurut kriteria satu tahun. Suatu hutang yang jatuh tempo dalam satu tahun sejak tanggal neraca akan diklasifikasikan sebagai hutang lancar.


  1. PENGUKURAN HUTANG
Pengukuran merupakan proses pemberian atribut nilai pada hutang. Atribut nilai yang diberikan pada hutang adalah nilai moneter. Namun ternyata pengklasifikasian hutang menjadi lancar dan tidak lancar menjadi pertimbangan dalam pengukuran hutang. Secara umum hutang akan diukur sebesar nilai sekarang dari hutang tersebut yang merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan untuk melunasinya sekarang. Aturan ini lebih tepat untuk hutang tidak lancar. Sementara itu hutang yang berasal dari kegiatan operasional misalnya hutang gaji dan hutang usaha, umumnya hutang ini akan segera dilunasi sehingga selisih antara nilai jatuh tempo dengan nilai sekarang hutang tersebut tidak material. Oleh karena itu hutang yang berasal dari operasional umumnya untuk tujuan praktis disajikan sebesar nilai jatuh temponya.
Untuk tujuan pengukuran, baik hutang lancar maupun tidak lancar dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :
    1. Hutang yang jumlahnya sudah pasti. Contoh dari hutang ini adalah nominal dari wesel atau obligasi.
    2. Hutang yang jumlahnya harus diestimasi. Dilihat dari kepastiannya, hutang ini pasti terjadi namun jumlahnya belum diketahui secara pasti. Hutang garansi merupakan contohnya.
    3. Hutang bersyarat (contingent liablility) yaitu suatu hutang yang akan muncul jika terjadi kejadian lain. Contohnya perusahaan dituntut dipengadilan oleh perusahaan lain. Perusahaan akan berkewajiban membayar uang jika pengadilan memenangkan perusahaan yang menuntut tersebut. Tingkat kemungkinan timbulnya hutang bersyarat dapat dibagi menjadi :
      1. Probable : Tingkat kemungkinannya sangat tinggi dan bahkan dapat dikatakan hampir pasti. Jika jumlah hutangnya dapat diestimasi dengan handal, maka hutang ini dicatat, jika jumlahnya sulit diestimasi maka keberadaan hutang ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
      2. Reasonable posible : Kemungkinan terjadinya 50% atau dapat terjadi dapat pula tidak. Jika kondisinya demikian cukup diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
      3. Remote : Kemungkinan terjadinya sangat kecil sehingga tidak perlu dicatat dan dilaporkan kecuali untuk hutang jaminan pembayaran hutang walaupun tingkat kemungkinan terjadinya kewajiban kecil tetapi harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan.

  1. AKUNTANSI HUTANG JANGKA PENDEK
Seperti telah dibahas pada bagian di atas, hutang jangka pendek tidak perlu didiskontokan ke nilai sekarang. Yang termasuk hutang ini adalah Hutang Usaha (Account Payable), serta berbagai hutang opersional seperti hutang gaji, listrik, telepon, pajak dan sebagainya. Sementara itu untuk hutang wesel, walaupun jangka pendek umumnya disajikan sebesar nilai sekarangnya.
    1. Hutang operasional
No. 
Jenis Hutang 
Perlakuan 
1. 
Account Payable 
Hutang ini dicatat jika hak kepemilikan barang sudah berpindah kepada perusahaan. Dilihat dari jumlahnya, yang dicatat adalah sebesar jumlah yang akan dibayar yaitu harga faktur.
2. 
Hutang biaya 
Dicatat manakala jasa sudah dikonsumsi dan sebesar jumlah yang akan dibayar. 

  1. Pinjaman jangka pendek
Perusahaan kadangkala menerbitkan sebuah promes atau janji tertulis untuk membayar uang pada tanggal tertentu. Dilihat dari ada atau tidaknya tarip bunga yang harus dibayar, noters dapat dibagi menjadi hutang wesel berbunga dan hutang wesel tak berbunga. Hutang wesel berbunga merupakan hutang wesel yang penerbitannya disamping harus membayar nominal wesel juga harus membayar bunga.
1) Hutang Wesel Berbunga (Interest Bearing Notes Payable)
Misalkan perusahaan pada tanggal 2 April 2004 perusahaan menerbitkan sebuah promes nilai nominal Rp1.000.000,00 bunga 12% setahun yang akan jatuh tempo 30 Juni 2004 sebagai pelunasan hutang usaha. Jurnal yang dibuat pada tanggal 2 April adalah sebagai berikut :



2004
April 1 

Hutang Usaha 

1.000.000 

Wesel Bayar/Hutang Wesel 
1.000.000 

Selanjutnya pada tanggal jatuh tempo (30 Juni 2004) jurnal yang dibuat adalah
2004
Juni 30 

Wesel Bayar/Hutang Wesel 

1.000.000 

Biaya Bunga 
30.000 
Kas 
1.030.000 
Bunga yang dibayar = 12% x 3/12 x Rp1.000.000,00 = Rp30.000,00

2) Wesel Bayar Tak Berbunga secara eksplisit (Non Interest Bearing Notes)
Dalam wesel tak berbunga, penerbit promes hanya membayar nilai nominal, dengan demikian nilai nominal merupakan nilai pada saat jatuh tempo. Untuk tujuan pengukuran, wesel tersebut didiskontokan dan jumlah dilaporkan di neraca adalah sebesar nilai sekarang yaitu nilai nominal dikurangi diskontonya. Nilai sekarang dari hutang wesel ini kadangkala mudah diketahui, misalkan pada tanggal 30 Desember 2003 perusahaan menyerahkan wesel tak berbunga nominal Rp100.000.000,00 kepada seorang kreditur untuk melunasi hutang perusahaan kepadanya sebesar Rp90.000.000,00. Jika diserahkannya promes (hutang wesel) tersebut adalah nilai hutang yang dilunasi yaitu Rp90.000.000,00. Jatuh tempo wesel 30 Agustus 2004. Jurnal yang dibuat saat ini adalah :
2004
April 1 

Hutang Usaha 

90.000.000 

Diskon atas Wesel Bayar 
10.000.000 
Wesel Bayar/Hutang Wesel 
100.000.000 

Saldo rekening wesel bayar Rp100.000.000,00 dan saldo discount atas hutang wesel Rp10.000.000,00 disajikan di neraca sebagai berikut :
Hutang Lancar : 
Hutang Wesel 
100.000.000 
Dikurangi : Diskon atas Hutang Wesel 
10.000.000
90.000.000

Pada tanggal 30 Agustus 2004, pada saat membayar wesel sebesar Rp100.000.000,00 perusahaan membuat dua jurnal sebagai berikut :

2004
Agustus 30 

Hutang Wesel 

100.000.000 

Kas 
100.000.000 
Biaya Bunga 
10.000.000 
Diskon atas Wesel Bayar 
10.000.000 

  1. Hutang Lancar yang akan diganti dengan Hutang Jangka Panjang
Suatu hutang lancar kadangkala dapat dibiayai kembali seperti diciptakan surat hutang baru sebagai pelunasan hutang pada saat jatuh temponya nanti. Surat Hutang yang baru akan jatuh tempo melebihi setahun. Dengan adanya tindakan ini maka perusahaan tidak akan membayar hutang dalam waktu setahun yang akan datang. Dalam kondisi seperti ini tentu akan lebih tepat jika hutang tersebut tidak diklasifikasikan sebagai hutang jangka pendek. Namun terdapat syarat –syarat yang harus dipenuhi :
    1. Manajemen bermaksud merefinance hutang tersebut menjadi hutang jangka panjang.
    2. Manajemen harus dapat menunjukkan kemampuan merefinance hutang tersebut yang terbukti dengan :
      1. pelaksanaan refinace tersebut terjadi pada masa setelah tanggal neraca tetapi sebelum laporan keuangan diterbitkan
      2. mencapai kesepakatan yang kuat yang secara jelas yang memungkinkan refinance dengan dasar jangka panjang.

  1. Line of Credit
Perusahaan kadangkala mengadakan perjanjian dengan bank. Bank akan memberikan pinjaman kepada perusahaan sewaktu-waktu membutuhkan. Karena perjanjian ini sudah disetujui maka pada saat perusahaan menarik dana dari Bank, perusahaan tidak perlu melalui proses yang panjang . Pengaruhnya terhadap akuntansi adalah :
    1. Pada saat line of credit ditandatangani, perusahaan belum mencatat adanya hutang
    2. Jika perusahaan menarik uang dari bank, saat itu perusahaan mencatat hutang (lancar atau tidk lancar tergantung pada hutang tersebut kapan jatuh temponya).

  1. AKUNTANSI HUTANG JANGKA PANJANG
Hutang jangka panjang merupakan hutang yang jatuh tempo melebihi satu tahun sejak tanggal neraca. Hutang ini dapat didukung dengan penerbitan promes dan hutang seperti ini disebut hutang wesel jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat juga didukung dengan menerbitkan sertifikat yang lazim disebut surat Obligasi. Karena akuntansi untuk hutang wesel jangka pendek di atas hakekatnya sama dengan akuntansi hutang wesel jangka panjang, maka berikut ini hanya akan dibahas hutang obligasi. Akuntansi untuk obligasi antara lain terdiri dari saat penerbitan obligasi, saat pembayaran bunga dan amortisasi premium atau diskon serta pelunasannya.
Misalkan pada tanggal 1 Maret 2003 perusahaan menerbitkan obligasi nominal Rp1.000.000.000,00 dengan bunga 12% setahun yang dibayar setiap tanggal 1 Maret dan 1 September. Harga jual obligasi Rp900.000.000,00. Jangka waktu obligasi 5 tahun.
    1. Saat menerbitkan obligasi
2003
Maret 1 

Kas  

900.000.000 
Disagio Obligasi
100.000.000
Hutang Obligasi
1.000.000.000
Hutang obligasi dicatat sebesar nilai nominal yaitu nilai yang tercantum pada sertifikat obligasi. Selisih antara nilai nominal dengan kas yang diterima dicatat sebagai diskon.

  1. Saat membayar bunga
2003
September 1 

Biaya Bunga 

60.000.000 
Kas 
60.000.000 

Karena pada saat jatuh tempo perusahaan harus membayar sebesar nilai jatuh tempo, maka rekening disagio harus diamortisasi dengan cara mendebit rekening Biaya Bunga dan mengkredit rekening Disagio Obligasi. Jumlah amortisasi dapat ditentukan dengan metode garis lurus atau metode lain. Jika digunakan metode garis lurus, amortisasi disagio untuk 1 Maret s/d 1 September adalah :
6/12 x (100.000.000/5) = Rp10.000.000,00 dan jurnal yang dibuat adalah :
2003
September 1 

Biaya Bunga 

10.000.000 
Disagio Obligasi 
10.000.000 

  1. Pada akhir tahun
Pada akhir tahun ada bunga yang belum dibayar selama 4 bulan yaitu dari 1 September s/d 31 Desember 2003. Disamping itu amortisasi disagio untuk masa itu juga perlu dilakukan. Untuk itu pada tanggal 31 Desember 2003 dibuat adjustment sebagai berikut :
2003
Desember 31 

Biaya Bunga 

46.666.666,67 
Disagio Obligasi 
6.666.666,67 
Hutang Bunga 
40.000.000,00 

  1. Pada saat jatuh tempo
Jika amortisasi dilakukan secara konsisten, rekening disagio pada tanggal jatuh tempo obligasi akan bersaldo Rp6.666.666,67 yaitu disagio yang akan diamortisir untuk bulan Januari dan Pebruari 2008. Sementara itu rekening Hutang Obligasi bersaldo kredit sebesar Rp1.000.000.000,00. Karena jumlah yang dibayar sebesar Rp1.000.000.000,00 ditambah dengan bunga dari September 2007 s/d Maret 2008 maka jurnal yang dibuat sat itu adalah :
2008
Maret 1 

Biaya Bunga 

23.333.333 
Hutang Bunga 
40.000.000 
Hutang Obligasi 
1.000.000.000 
Disagio Obligasi 
3.333.333 
Kas 
1.060.000.000 

Pada tanggal tersebut hutang obligasi sudah lunas dan rekening Hutang Obligasi bersaldo nol.


SOAL LATIHAN

Perusahaan pada tanggal 1 Oktober 2003 menyerahkan sebuah promes nominal Rp10.000.000,00 bunga 12% setahun sebagai pelunasan atas hutang usaha sebesar itu. Promes jatuh tempo pada tanggal 1 April 2004.
Diminta :
  1. Buat jurnal per 1 Oktober 2003
  2. Buat jurnal per 31 Desember 2003 dan 1 April 2004
Akuntansi Aktiva Tetap
  1. KLASIFIKASI
Aktiva tetap merupakan aktiva tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta tidak untuk diperjualbelikan dalam operasi normal perusahaan. Aktiva operasi tidak lancar dapat diklasifikasikan menjadi: (1) Aktiva Berwujud (tangible) dan (2) Aktiva Tak Berwujud (intangible).

  1. PENGELUARAN UNTUK AKTIVA TIDAK LANCAR
Pengeluaran untuk aktiva tidak lancar dapat dikelompokkan menjadi:
  1. Pengeluaran pada waktu perolehan;
  2. Pengeluaran seteleh aktiva tersebut diperoleh yang dapat dirinci menjadi:
    1. Pengeluaran pendapatan yang lazim disebut revenue expenditure;
    2. Pengeluaran modal yang lazim disebut capital expenditure.

  1. PENCATATAN PEROLEHAN AKTIVA TIDAK LANCAR
Harta non current dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain:
    1. Diperoleh dengan harga lumpsump;
    2. Diperoleh dengan pembayaran berkala;
    3. Pembelian dengan cara leasing;
    4. Perolehan dengan trade-in
    5. Perolehan dengan menerbitkan surat berharga;
    6. Perolehan dari donasi; dan
    7. Dibangun sendiri.

D. PEROLEHAN SEKELOMPOK AKTIVA DENGAN HARGA LUMPSUM
Harga lumpsump adalah suatu harga untuk beberapa aktiva. Sebagai contoh PT A membeli tanah, bangunan dan peralatan dengan harga Rp $160,000. Harga ini harus dialokasikan kepada 3 jenis harta tersebut dengan menggunakan perbandingan harga taksiran dari tanah, bangunan, dan peralatan. Misalnya harta yang dibeli tersebut memiliki harga taksiran tanah $ 28,000, bangunan $60,000, equipment $12,000, alokasi harga $160,000 tersebut adalah sebagai berikut:
Jenis harta 
Nilai Taksiran ($) 
Perhitungan Alokasi 
Jumlah Alokasi ($)
Tanah 
28,000
28/100 x 160,000
44,800
Bangunan
60,000
60/100 x 160,000
96,000
Peralatan 
12,000
12/100 x 160,000
19,200
Jumlah 
100,000
160,000

    Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Jan 1

Tanah
Bangunan
Peralatan
Kas

44,800
96,000
19,200




160,000


  1. PEROLEHAN AKTIVA DENGAN PEMBAYARAN BERKALA
Jika statu harta tetap diperoleh dengan pembayaran difunda atau secara angsuran, maka aktiva tersebut dicatat sebesar harga tunai aktiva tersebut bukan jumlah dari pembayaran angsuran dan downpayment-nya. Ada beberapa variasi yang mungkin timbul, seperti:
    1. Harga tunai diketahui;
    2. Harga tunai tidak diketahui.
Contoh: perusahaan pada tanggal 2 Januari 2006 membeli sebuah aktiva yang harga tunainya adalah $100,000. Pada waktu itu dibayar uang muka $35,000. sisanya akan dibayar dengan angsuran tengah tahunan sebesar $5,000 ditambah bunga 10% dari hutang yang belum dibayar. Jurnal yang dibuat selama tahun 2006 adalah sebagai berikut:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Jan 2

Tanah
Kas
Hutang

100,000


35,000
65,000

Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Jun 30

Hutang
Biaya Bunga
Kas

5,000
3,250



8,250

  1. PENGGUNAAN AKTIVA TETAP
Jika suatu aktiva tetap dapat digunakan lebih dari satu tahun maka aktiva tersebut bermanfaat untuk memperolah pendapatan selama umurnya. Untuk menghubungkan cost aktiva tetap dengan revenueyang diperoleh maka cost tersebut dicatat dan dilaporkan sebagai beban pada tahun-tahun manfaatnya. Proses ini disebut depresiasi. Dengan demikian depresiasi adalah alokasi secara sistematis dan rasional atas cost dari aktiva tetap ke tahun-tahun manfaatnya.
Jurnal yang dibuat untuk melakukan depresiasi setiap tahunnya adalah mendebet akun Beban Depresiasi dan mengkredit akun Akumulasi Penyusutan. Misalkan untuk tahun 2005, perusahaan menyusutkan mesin sebesar $ 5,000, maka jurnal yang dibuat adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2005
Des 31

Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan

5,000


5,000
    
Karena setiap akhir tahun ada penyusutan, maka perkiraan Akumulasi Penyusutan akan selalu bertambah sepanjang masa manfaat aktiva.
    Depresiasi bukanlah teknik untuk menilai aktiva tetap dan dengan melakukan depresiasi tidaklah otomatis perusahaan menyisihkan uang untuk membeli aktiva tetap.
    Faktor-faktor yang mempengaruhi depresiasi adalah:
  1. cost dari aktiva tetap,
  2. umur ekonomis aktiva tetap,
  3. nilai residu, dan
  4. pola penggunaan aktiva tetap.

  1. METODE DEPRESIASI
Terdapat beberapa metode depresiasi, yaitu:
  • Metode Garis Lurus
  • Metode Saldo Menurun
  • Metode Jumlah Angka Tahun
  • Metode Unit Input
  • Metode Unit Output
  1. Metode Garis Lurus
Dengan metode ini penyusutan tahunan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu:
    1. (cost-nilai residu) : umur
Misalkan nilai sebuah peralatan yang diperoleh tahun 2005 senilai Rp 16.000.000,00 dan masa manfaat ditentukan 5 tahun dengan nilai sisa Rp 1.000.000,00, besarnya penyusutan tahun 2006 dapat dihitung sebagai berikut: (16.000.000-1.000.000)/5 = Rp 3.000.000,00.
    1. Ditentukan % penyusutan, kemudian penyusutan tahunan diperoleh dengan cara mengalikan % tersebut dengan cost yang disusutkan sebagai berikut:
      1. Prosentase penyusutan tahunan = 100% : umur, jadi = 100% : 5 = 20%.
      2. Dihitung penyusutan = 20% x (16.000.000 – 1.000.000) = Rp 3.000.000,00.
2. Metode Saldo Menurun
Pertama, tentukan prosentase penyusutan, biasanya dua kali prosentase penyusutan metode garis lurus. Dengan demikian jika ada mesin umurnya 5 tahun, maka tarif/prosentase penyusutan tahunannya adalah 2 x 100% : 5 = 40%.
Setelah itu ditentukan nilai buku pada awal tahun. Nilai buku adalah saldo rekening aktiva tetap dikurangi dengan saldo rekening akumulasi penyusutan. Untuk tahun pembelian, karena akumulasi penyusutannya belum ada, maka nilai bukunya adalah sebesar harga perolehannya.
Selanjutnya besarnya penyusutan satu tahun dihitung dengan cara mengalikan % penyusutan dengan nilai buku. Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun. Penyusutan tahun 2001, 2002, dan 2003 dapat dihitung sebagai berikut:
Tarif/prosentase penyusutan    = 2 x (100% : 5) = 40%
Penyusutan tahun 2001        = 40% x Nilai Buku
                = 40% x Rp 16.000.000
                = Rp 6.400.000
Penyusutan tahun 2002        = 40% x Nilai buku awal tahun 2002
                = 40% x (Rp 16.000.000 – Rp 6.400.000)
                = Rp 3.840.000
Penyusutan tahun 2003        = 40% x Nilai buku awal tahun 2003
                = 40% x (16.000.000 –6.400.000 – 3.840.000)
                = Rp 2.304.000
Penyusutan tahunan dapat dicari dengan rumus lain yaitu menentukan Nilai Buku pada akhir tahun ke-n = cost x (1 – tarif)n
                 = Rp 16.000.000 x (1 – 0,4) n
Nilai buku akhir tahun ke-3 = Rp 16.000.000 x     (1 – 0,4) 3
                 = Rp 16.000.000 x 0,216
                 = Rp 3.456.000,00.
Penyusutan tahun 2004 adalah 40% x Rp 3.456.000 = Rp 1.282.600,00.

  1. Metode Jumlah Angka-angka Tahun
Alokasi cost aktiva tetap dilakukan berdasarkan angka tahun penggunaan. Jika umur aktiva tetap adalah 5 tahun, maka tahun penggunaannya adalah tahun ke 1,2,3,4,5. Jumlah dari angka-angka tersebut akan dijadikan penyebut. Sementara itu pembilangnya adalah sisa umur dari masing awal tahun penggunaan. Pada awal penggunaan sisa umurnya masih lima tahun, oleh karenanya pembilangnya adalah 5. Setelah digunakan 1 tahun, maka pada awal tahun kedua sisa umurnya adalah empat tahun sehingga pembilangnya adalah 4. Demikian seterusnya untuk tahun ketiga, keempat, dan seterusnya.
Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 ditaksir masa manfaat 5 tahun dengan nilai residu Rp 1.000.000. Penyusutan tahun 2001, 2002, 2003, 2004, dan 2005 dapat dihitung sebagai berikut:
Tahun ke 
Perhitungan 
Jumlah
5/15 (16.000.000 – 1.000.000)
5.000.000
4/15 (16.000.000 – 1.000.000)
4.000.000
3/15 (16.000.000 – 1.000.000)
3.000.000
2/15 (16.000.000 – 1.000.000)
2.000.000
1/15 (16.000.000 – 1.000.000)
1.000.000

  1. Metode Unit Input
Alokasi cost aktiva tetap ke beban penyusutan tahunan digunakan jumlah input yang dikeluarkan (misalnya jam mesin) dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran input (jam mesin) yang harus dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 100.000 jam dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 5.000 jam, maka penyusutan tahun 2001 adalah:
(5.000/100.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 750.000

5. Metode Unit Output (Hasil)
Alokasi cost aktiva ke beban penyusutan tahunan menggunakan jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran output (jumlah produk) yang akan dihasilkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan untuk membuat produk sebanyak 200.000 unit dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 20.000 unit maka penyusutan tahun 2001 adalah:
        (20.000/200.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 1.500.000

  1. PENGAFKIRAN AKTIVA TETAP
Aktiva kadangkala dibuang karena sudah tidak digunakan lagi, misalkan sebuah mesin yang harga belinya Rp 6.000.000,00 sampai tanggal 1 Januari 2000 sudah disusutkan sebesar Rp 4.750.000,00. Penyusutan tahunannya Rp 600.000,00. Pada tanggal 24 Maret 2001 dibuang. Jurnal yang dibuat adalah:
    1. Menyusutkan untuk tahun 2001
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2001
Mar 24

Beban Penyusutan Mesin
Akumulasi Penyusutan Mesin

150.000


150.000

  1. Membuang aktiva tetap
Tgl. 
Akun 
Debet
Kredit 
2001
Mar 24

Akumulasi Penyusutan Mesin
Kerugian Penghentian Mesin
Aktiva Tetap 

4.900.000
1.100.000



6.000.000


  1. PENJUALAN AKTIVA TETAP
Sebuah mesin yang costnya Rp 10.000.000 dan sampai dengan tanggal 31 Desember 2000 telah disusutkan sebesar Rp 7.750.000, pada tanggal 2 Januari 2001 dijual. Buat jurnal jika harga jualnya adalah:
    1. Rp 2.250.000,00
    2. Rp 1.000.000,00
    3. Rp 3.000.000,00

No.

Keterangan
Dijual dengan harga
2.250.000
1.000.000
3.000.000
1
Cost aktiva tetap
10.000.000
10.000.000
10.000.000
Akumulasi penyusutan s.d saat penjualan 
7.750.000
7.750.000
7.750.000
Nilai buku saat penjualan
2.250.000
2.250.000
2.250.000
Harga jual
2.250.000
1.000.000
3.000.000
Laba (rugi) (4 – 3)
0
(1.250.000)
750.000

    Jurnal:
  1. Dijual dengan harga Rp 2.250.000,00

Tgl. 
Akun 
Debet 
Kredit 
2000
Jan 2

Kas
Akumulasi Penyusutan
Aktiva Tetap 

2.250.000
7.750.000



10.000.000

  1. Dijual dengan harga Rp 1.000.000
Tgl. 
Akun 
Debet 
Kredit 
2000
Jan 2

Kas
Akumulasi Penyusutan
Kerugian Penjualan Aktiva Tetap
Aktiva Tetap 

1.000.000
7.750.000
1.250.000




10.000.000

  1. Dijual dengan harga Rp 3.000.000
Tgl. 
Akun 
Debet 
Kredit 
2000
Jan 2

Kas
Akumulasi Penyusutan
Laba Penjualan Aktiva Tetap
Aktiva Tetap 

3.000.000
7.750.000



750.000
10.000.000

  1. PERTUKARAN AKTIVA TETAP
Menurut paragraf 20 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya dari pos semacam ini diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh yang mana yang lebih andal, equivalent dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer. Dengan demikian pertukaran aktiva tidak sejenis dapat mengakibatkan adanya laba atau rugi.
Menurut paragraf 21 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki nilai wajar yang serupa. Jika aktiva lain seperti kas sebagai bagian dari transaksi pertukaran, ini dapat mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak memiliki suatu nilai yang serupa. Berdasarkan paragraf 46 PSAK No. 16, pertukaran aktiva tetap seperti disebutkan pada paragraf 21, biaya aktiva yang diperoleh sama dengan jumlah tercatat aktiva yang dilepaskan dan tidak ada keuntungan atau kerugian yang dihasilkan.
1. Pertukaran Aktiva Tak Sejenis
Sebuah mesin dengan cost Rp 4.000.000,00 yang telah disusutkan Rp 3.200.000,00 ditukar dengan mesin baru tidak sejenis yang harga pasarnya adalah Rp 5.000.000,00. Perusahaan harus membayar uang Rp 3,900.000,00. Jurnalnya:
Tgl. 
Akun 
Debet 
Kredit 
Mesin (baru)
Akumulasi Penyusutan
Mesin (lama)
Kas
Laba Penukaran Aktiva Tetap
5.000.000
3.200.000


4.000.000
3.900.000
300.000

  1. Pertukaran Aktiva Sejenis
Sebuah mesin dengan cost Rp 7.000.000 yang telah disusutkan Rp 4.600.000 ditukar dengan mesin baru sejenis yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang bergerak pada usaha yang sama. Jurnalnya:
Tgl. 
Akun 
Debet 
Kredit 
Mesin (baru)
Akumulasi Penyusutan
Mesin (lama)
2.400.000
4.600.000


7.000.000

Jumlah sebesar Rp 2.400.000,00 yang dicatat sebagai harga mesin baru merupakan nilai buku mesin yang diserahkan yaitu harga beli Rp 7.000.000,00 dikurangi dengan akumulasi penyusutan Rp 4.600.000,00.

SOAL LATIHAN
SOAL 1
Sebuah mesin dibeli pada tanggal 1 Januari 1999 dengan harga Rp 32.000.000,00. Mesin ini ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun dengan nilai sisa Rp 2.000.000,00.
Diminta:
  1. Tentukan besarnya penyusutan tahun 1999, 2000.
  2. Buat jurnal penyesuaian untuk mencatat penyusutan tahun 1999,2000.
  3. Tentukan nilai buku per 1 Januari 2001.
Jika Perusahaan menyusutkan mesin ini dengan (1) metode garis lurus, dan (2) metode saldo menurun ganda.

SOAL 2
Sebuah mesin dengan cost Rp 10.000.000,00 yang telah disusutkan Rp 3.200.000,00 ditukar dengan mesin baru tidak sejenis yang harga pasarnya adalah Rp 7.500.000,00. Buat jurnal jika perusahaan menyerahkan uang sebesar:
  1. Rp 200.000,00
  2. Rp 700.000,00

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dasar-Dasar Akuntansi "

Posting Komentar