Sistem Pencatatan Persediaan
Sistem pencatatan persediaan yang lazim digunakan ada dua macam yaitu:
1. Sistem fisik (physical inventory system)
2. Sistem Perpetual (perpetual inventory system)
Sistem Fisik (Physical Inventory System)
Sistem persediaan fisik atau periodik adalah sistem dimana harga pokok penjualan dihitung secara periodik dengan mengandalkan semata-mata pada perhitungan fisik tanpa menyelenggarakan catatan hari ke hari atas unit yang terjual atau yang ada ditangan. Sistem fisik digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas persediaan barang dan dilakukan pada akhir periode akuntansi. Cara perhitungan harga pokok penjualan dilakukan seperti berikut ini:
Persediaan barang dagang pada awal periode Rp. xxx
Pembelian Rp. xxx
Biaya angkut pembelian Rp. xxx
Rp. xxx
Retur & pot. Pembelian ( Rp. xxx )
Pembelian bersih Rp. xxx
Barang tersedia untuk dijual Rp. xxx
Persediaan akhir periode ( Rp. xxx )
Harga pokok penjualan Rp. xxx
Ciri-ciri sistem fisik atau periodik adalah sebagai berikut :
ü Pemasukan dan pengeluaran persediaan tidak dicatat dan tidak diperhitungkan dalam suatu catatan tertentu.
ü Pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening pembelian bukan persediaan barang.
ü Perhitungan persediaan akhir sekaligus digunakan untuk perhitungan harga pokok penjualan dengan menggunakan jurnal penyesuaian.
Sistem ini cukup sederhana dan mudah diterapkan, tetapi kurang baik untuk pengawasan persediaan, karena kekurangan persediaan yang hilang tidak dapat dideteksi dan manajemen tidak memiliki alat untuk mengetahui jumlah persediaan setiap saat.
Sistem Perpetual (Perpetual Inventory System)
Sistem persediaan perpetual adalah suatu sistem yang menyelenggarakan pencatatan terus-menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar harian. Perkiraan persediaan didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan (kartu persediaan). Kartu persediaan digunakan untuk mencatat transaksi setiap jenis persediaan, memuat nama barang, tempat penyimpanan barang, kode barang dan kolom-kolom yang dipakai untuk mencatat transaksi adalah tanggal, pembelian (pemasukan), penjualan (pengeluaran) dan sisa atau saldo persediaan
Ciri-ciri pengelolaan persediaan dengan sistem perpetual adalah sebagai berikut :
ü Setiap terjadi pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening persediaan barang.
ü Setiap terjadi pengeluaran barang (penjualan) dicatat mengkredit persediaan sejumlah harga pokok penjualan.
ü Setiap saat dapat diketahui jumlah kuantitas sisa atau saldo persediaan.
Sistem perpetual memudahkan dalam penyusunan neraca dan laporan perhitungan laba rugi karena penentuan persediaan akhir tidak perlu lagi menghitung fisiknya tetapi perhitungan fisiknya tetap dilakukan untuk tujuan pengawasan terhadap persediaan barang.
Perbedaan pencatatan transaksi persediaan barang pada metode fisik dan perpetual secara rinci pada tabel berikut:
Perbedaan Metode Phisik dan Perpetual
TRANSAKSI | METODE PHISIK | METODE PERPETUAL |
Pembelian | Pembelian Utang Dagang/Kas | Persediaan barang Utang dagang/Kas |
Pembayaran Biaya Angkut Pembelian | Beban Angkut Pembelian Kas | Persediaan barang dagang Kas |
Penjualan | Kas/Piutang Dagang Penjualan | Kas/Piutang Dagang Penjualan (Menurut harga Jual) Harga Pokok Penjualan Persediaan barang dagang (Menurut harga pokok) |
Utang Dagang/Kas Retur Pembelian & PH | Utang dagang/Kas Persediaan barang dag | |
Retur Penjualan & Potongan Harga | Retur Penjualan & PH Kas/Piutang Dagang | Retur Penjualan & PH Kas/Piutang (Menurut Harga jual) Persediaan barang dagang HPP (Menurut Harga Pokok/perolehan) |
Pembayaran utang dalam periode/masa potongan | Utang Dagang Potongan Pembelian Kas | Utang Dagang Persediaan barang dagang Kas |
Penerimaan piutang dalam periode / masa potongan | Kas Potongan Penjualan Piutang Dagang | Kas Potongan Penjualan Piutang Dagang |
Pembayaran biaya angkut penjualan | Beban angkut penjualan Kas | Beban angkut penjualan Kas |
Perhitungan HPP | Seperti yang dijelaskan di atas | HPP akan dihitung berdasarkan kartu persediaan barang |
Penyesuaian Persediaan akhir | Iktisar L/R Persediaan barang dag Persediaan barang dag Ikhtisar L/R | Tidak perlu penyesuaian kecuali jika terdapat koreksi yang perlu disesuaiakan |
Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodic, namun belum mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan, seperti pembayaran ongkos angkut, penerimaan dan pemberian diskon.
Transaksi | Sistem Periodik | Sistem Perpetual | ||||||
1. | Membeli barang dag. secara. kredit Rp 10.000 | Pembelian Hutang | 10.000 | 10.000 | Pers. Brg Dag Hutang | 10.000 | 10.000 | |
2. | Retur pemb. Rp 500 | Hutang Retur Pemb. | 500 | 500 | Hutang Pers. Brg Dag | 500 | 500 | |
3. | Terdapat barang yang dijual. Harga jual Rp 4.000 dan HP barang Rp 1.500 | Piutang/Kas Penjualan | 4.000 | 4.000 | Piutang/Kas Penjualan HPP Pers. Brg Dag | 4.000 1.500 | 4.000 1.500 | |
4. | Pada akhir tahun | Mutlak harus dilakukan inventarisasi fisik karena tanpa inventarisasi fisik barang, tidak dapat diketahui persediaan yang ada | Tanpa inventarisasi sudah dapat diketahui persediaan, namun inventarisasi perlu dilakukan | |||||
Misalkan menurut perhitungan fisik pd akhir thn saldo persediaan Rp 200 & pd awal tahun Rp 150. | Ikhtisar L/R Pers. B.D. Pers B.D Ikhtisar L/R | 150 200 | 150 200 | Jika hasil inventarisasi fisik tidak sama dengan saldo rekening persediaan, perusahaan perlu membuat jurnal, jika sama tidak perlu membuat jurnal. | ||||
a. Menurut system periodic terdapat beberapa cara,seperti berikut ini:
1. Metode Identifikasi Khusus (Speciafic identification method)
Metode harga pokok yang didasarkan atas metode identifikasi khusus adalah suatu metode penilaian harga yang didasarkan atas nilai perolehan dari barang yang sesungguhnya. Penggunaan metode ini biasanya dipakai untuk barang yang tidak banyak unitnya (kuantitasnya) dan harganya pun cukup mahal.
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2010 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut:
Jan. 1 Persediaan 1.750 unit @ Rp. 6.000/unit
Jan. 5 Pembelian 1.000 unit @ Rp. 6.200/unit
Jan. 10 Pembelian 2.000 unit @ Rp. 6.250/unit
Jan. 15 Pembelian 1.500 unit @ Rp. 6.400/unit
Jan. 20 Pembelian 3.000 unit @ Rp. 6.250/unit
Jan. 25 Pembelian 2.500 unit @ Rp. 6.500/unit
Jan. 30 Pembelian 2.000 unit @ Rp. 6.400/unit
Berdasarkan inventarisasi secara fisik, ternyata jumlah persediaan pada tanggal 30 Januari 2010 sebanyak 3.000 unit, terdiri dari : Pembelian tanggal 30 Januari 50 %, pembelian tanggal 25 Januari 25% dan selebihnya pembelian tanggal 5 Januari 2010.
Tentukan nilai perediaan tanggal 31 Januari 2010 dengan metode tanda pengenal khusus!
Jawab:
Nilai persediaan pada tanggal 31 Januari 2010 adalah :
1.500 x Rp. 6.400 = Rp. 9.600.000
750 x Rp. 6.500 = Rp. 4.875.000
750 x Rp. 6.200 = Rp. 4.650.000
3.000 unit Rp.19.125.000
2. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out)
Metode First In First Out (FIFO) adalah metode penilaian persediaan yang menganggap barang yang pertama kali masuk diasumsikan keluar pertama kali pula. Pada umumnya perusahaan menggunakan metode ini, sebab metode ini perhitungannya sangat sederhana baik sistem fisik maupun sistem perpetual akan menghasilkan penilaian persediaan yang sama.
Cara menghitung persediaan akhir adalah sebagai berikut :
Persediaan awal xxx
Pembelian xxx +
Tersedia untuk dijual xxx
Penjualan xxx –
Persediaan akhir xxx
Metode FIFO yang didasarkan atas sistem fisik, nilai persediaan akhir ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang terakhir kali masuk, bila saldo fisik ternyata lebih besar dari jumlah unit terakhir masuk maka sisanya diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk sebelumnya. Sedangkan pada sistem perpetual pencatatan persediaan dilakukan secara terus menerus dalam kartu persediaan. Pada sistem ini apabila ada transaksi penjualan maka akan dijurnal dua kali, pertama mencatat harga pokok penjualan dan yang kedua mencatat harga pokok barang yang dijual, seperti berikut ini :
Kas/ Piutang Dagang xxx
Penjualan xxx
HPP xxx
Persediaan barang xxx
3. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out)
Metode Last In First Out (LIFO) adalah metode penilaian persediaan yang terakhir masuk diasumsikan akan keluar atau dijual pertama kali. Metode ini memiliki konsep yang cukup sederhana namun sulit dilaksanakan. Pengaruh penggunaan metode LIFO terhadap penentuan laba bersih usaha, jika harga cenderung naik maka laba perusahaan terlalu kecil atau sebaliknya.
Metode LIFO secara sistem fisik ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang masuk pada awal periode bila saldo fisik ternyata lebih besar dari barang yang masuk pada awal periode maka diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk berikutnya. Sedangkan dengan sistem perpetual, setiap kali ada transaksi baik pembelian maupun penjualan dicatat dalam kartu persediaan.
4. Metode rata-rata
a. Rata-rata sederhana
Dalam metode ini harga per unit persediaan dihitung dengan cara: jumlah harga per unit setiap kali pembelian dibagi dengan jumlah atau frekwensi pembeliaannya.
Biaya perunit = Total harga perunit pembelian
Frekuensi pembelian
Nilai persediaan akhir = Persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan = unit yang dikeluarkan x biaya perunit
b. Rata-rata tertimbang
Dalam metode ini harga per unit persediaan dihitung dengan cara: jumlah total nilai pembelian dibagi dengan total unit yang dibeli.
Biaya perunit = Jumlah harga perunit x banyaknya unit
Banyaknya Unit
Nilai persediaan akhir = persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan = unit yang dikeluarkan x biaya perunit
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2011 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut:
Jan. 1 Persediaan 1.000 unit @ Rp. 500/unit
Jan. 10 Pembelian 800 unit @ Rp. 550/unit
Jan. 18 Penjualan 900 unit
Jan. 20 Pembelian 700 unit @ Rp. 600/unit
Jan. 27 Penjualan 500 unit
Tentukan nilai persediaan tanggal 31 Januari 2011 apabila besarnya persediaan akhir adalah 1.100 unit. dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata sederhana, rata-rata tertimbang!
Jawab:
a. FIFO
Jumlah persediaan 1.100 unit terdiri dari:
Pembelian tgl 20 Januari 2011 = 700 x Rp. 600 = Rp. 420.000
Pembelian tgl 20 Januari 2011 = 400 x Rp. 550 = Rp. 220.000
Jumlah 1.100 Rp. 640.000
b. LIFO
Jumlah persediaan 1.100 unit terdiri dari:
Persediaan tgl 1 Januari 2011 = 1.000 x Rp. 500 = Rp. 500.000
Pembelian tgl 10 Januari 2011 = 100 x Rp. 550 = Rp. 55.000
Jumlah 1.100 Rp. 555.000
c. Rata-Rata Sederhana
Jumlah persediaan 1.100 unit
Harga rata-rata per unit:
Rp. 500 + Rp. 550 + Rp. 600
= Rp. 550
3
Jadi besarnya nilai/harga pokok persediaan akhir sebesar 1.100 unit adalah:
1.100 x Rp. 550 = Rp. 605.000
d. Rata-Rata Tertimbang
Jumlah persediaan 1.100 unit
Harga rata-rata per unit:
(1.000 x Rp. 500) + (800 x Rp. 550) + (700 x Rp. 600)
1000 + 800 + 700
= (Rp. 500.000 + Rp. 440.000 + Rp. 420.000) : 2.500 = Rp. 544
Jadi besarnya nilai/harga pokok persediaan akhir sebesar 1.100 unit adalah:
1.100 x Rp. 544 = Rp. 598.400
b. Menurut system Perpetual
Jika perusahaan menggunakan sistem perpetual, penentuan harga pokok barang yang dijual dan persediaan akhir dilakukan setiap perusahaan menjual barang. Untuk mempermudah pekerjaan menentukan harga pokok ini digunakan suatu kartu yang lazim disebut Kartu Persediaan. Satu jenis barang disediakan satu Kartu. Dengan demikian sistem ini baru cocok untuk persediaan yang nilainya tinggi.
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2011 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut:
Jan. 1 Persediaan 1.000 unit @ Rp. 500/unit
Jan. 10 Pembelian 800 unit @ Rp. 550/unit
Jan. 18 Penjualan 900 unit
Jan. 20 Pembelian 700 unit @ Rp. 600/unit
Jan. 27 Penjualan 500 unit
Tentukan nilai persediaan tanggal 31 Januari 2011 apabila besarnya persediaan akhir adalah 1.100 unit. dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata bergerak !
a. Metode FIFO:
Dalam metode ini diasumsikan bahwa harga pokok dari persediaan yang pertama kali masuk dari pembelian, dikeluarkan terlebih dahulu pada saat terjadi penjualan.
Tgl | Ket | Diterima | Dikeluarkan | Persediaan (saldo) | ||||||
Unit | Cost | Jumlah | Unit | Cost | Jumlah | Unit | Cost | Jumlah | ||
Jan 1 | Persediaan | 1000 | 500 | 500.000 | ||||||
10 | Pembelian | 800 | 550 | 440.000 | 1000 800 | 500 550 | 500.000 440.000 | |||
18 | Dijual | 900 | 500 | 450.000 | 100 800 | 500 550 | 50.000 440.000 | |||
20 | Pembelian | 700 | 600 | 420.000 | 100 800 700 | 500 550 600 | 50.000 440.000 420.000 | |||
27 | Dijual | 100 400 | 500 550 | 50.000 275.000 | 400 700 | 550 600 | 220.000 420.000 |
Dari kartu persediaan tersebut, besarnya nilai persediaan akhir adalah :
400 @ Rp. 550 = Rp. 220.000
400 @ Rp. 550 = Rp. 220.000
700 @ Rp. 600 = Rp. 420.000
1.100 Rp. 640.000
b. Metode LIFO:
Dalam metode ini diasumsikan bahwa harga pokok dari persediaan yang terakhir masuk dari pembelian, dikeluarkan terlebih dahulu pada saat terjadi penjualan.
Tgl | Ket | Diterima | Dikeluarkan | Persediaan (saldo) | ||||||
Unit | Cost | Jumlah | Unit | Cost | Jumlah | Unit | Cost | Jumlah | ||
Jan1 | Persediaan | 1000 | 500 | 500.000 | ||||||
10 | Pembelian | 800 | 550 | 440.000 | 1000 800 | 500 550 | 500.000 440.000 | |||
18 | Dijual | 800 100 | 550 500 | 440.000 50.000 | 900 | 500 | 450.000 | |||
20 | Pembelian | 700 | 600 | 420.000 | 900 700 | 500 600 | 450.000 420.000 | |||
27 | Dijual | 500 | 600 | 300.000 | 900 200 | 500 600 | 450.000 120.000 |
Dari kartu persediaan tersebut, besarnya nilai persediaan akhir adalah :
900 @ Rp. 500 = Rp. 450.000
900 @ Rp. 500 = Rp. 450.000
200 @ Rp. 600 = Rp. 120.000
1.100 Rp. 570.000
c. Metode Rata-Rata Bergerak:
Metode rata-rata yang digunakan pada metode perpetual ini biasanya disebut dengan Rata-rata bergerak. Dikatakan bergerak karena harga per unit persediaan selalu bergerak / berubah sesuai dengan terjadinya perubahan / mutasi pada jumlah unit persediaan yang dimiliki perusahaan. Berikut ini bentuk kartu persediaan dengan metode rata-rata bergerak:
Tgl | Diterima | Dikeluarkan | Persediaan (saldo) | ||||||
Unit | Cost | Jumlah | Unit | Cost | Jumlah | Unit | Cost | Jumlah | |
Jan1 | 1000 | 500 | 500.000 | ||||||
10 | 800 | 550 | 440.000 | 1800 | 522,2 | 940.000 | |||
18 | 900 | 522,2 | 469.980 | 900 | 522,2 | 469,980 | |||
20 | 700 | 600 | 420.000 | 1.600 | 556,2 | 889,980 | |||
27 | 500 | 556,2 | 278.100 | 1.100 | 556,2 | 611.820 |
Dari harga perhitungan diatas maka besarnya nilai persediaan sebanyak 1.100 unit adalah sebesar Rp. 611.820
LATIHAN
Pilihan ganda !
1. Persediaan adalah barang berwujud milik perusahan yang.............
a. Tersedia untuk dijual (barang jadi atau barang dagangan)
b. Masih dalam proses produksi untuk diselesaikan, kemudian dijual (barang dalam prose/pengolahan)
c. Akan dipergunakan untuk produksi barang barang jadi yang kemudian dijual
d. a, b, dan c benar
2. Metode penentuan harga pokok persediaan yaitu.................
a. Metode phisik dan perpetual
b. Metode garis lurus
c. Metode saldo menurun
d. Metode angka tahun
3. Jurnal untuk mencatat transaksi pembelian dengan menggunakan metode phisik adalah...............
a. Persediaan barang Rp. xxx
Utang dagang/kas Rp. xxx
b. Pembelian Rp. xxx
Utang dagang/kas Rp. xxx
c. Piutang dagang/kas Rp. xxx
Penjualan Rp. xxx
d. Harga Pokok Penjualan Rp. xxx
Persediaan Rp. xxx
4. FIFO singkatan dari First In First Out yang artinya..........
a. Masuk pertama keluar pertama
b. Masuk terakhir keluar pertama
c. Masuk pertama keluar terakhir
d. Masuk terakhir keluar terakhir
5. Metode penilaian persediaan adalah kecuali............
a. Metode Harga pokok atau harga pasar mana yang lebih rendah
b. Metode taksiran laba kotor
c. Metode taksiran harga eceran
d. Metode garis lurus
6. Metode yang sering disebut dengan metode COMWIL adalah..........
a. Metode harga pokok atau harga pasar mana yang lebih rendah
b. Metode laba bersih
c. Metode taksiran harga eceran
d. Metode taksiran laba kotor
7. Persediaan barang dagangan terdapat pada jenis perusahaan dagang yang kegiatan utamanya adalah........
a. Merusak barang dagangan
b. Membeli dan menjual barang dagangan
c. Mengirim barang dagangan
d. Menyimpan barang dagangan
8. Metode perhitungan persediaan dalam metode perpetual yaitu............
a. Rata-rata sederhana
b. Rata-rata tertimbang
c. Rata-rata bergerak
d. a dan b benar
9. Persediaan awal 1.000 unit harga per unit Rp. 500,00 pembelian 300 unit @ Rp. 550,00 penjualan 750 unit. Berapa besarnya harga pokok persediaan akhir jika menggunakan metode phisik FIFO adalah.......
a. Rp. 290.000,00
b. Rp. 250.000,00
c. Rp. 300.000,00
d. Rp. 125.000,00
10. Berikut metode harga pokok persediaan di bawah ini, kecuali.........
a. FIFO c. FILO
b. LIFO d. Average
Essay !
1. Jelaskan perbedaan antara metode phisik dengan metode perpetual !
2. Berikut ini transaksi transaksi yang terjadi selama bulan Januari 2008 pada PT. Pelangi.
Jan 5 pembelian 100 unit barang dagang dengan harga Rp. 25.000,00/unit dengan beban angkut Rp. 100.000,00
Jan 11 pembelian 25 unit barang dagang dengan harga Rp. 27.000,00/unit dengan beban angkut Rp. 25.000,00
Jan 12 dikembalikan barang sebanyak 3 unit atas pembalian tanggal 11 Jan
Jan 13 penjualan 50 unit barang dagang dengan harga Rp. 50.000,00/unit
Jan 22 pembelian 50 unit barang dagang dengan harga Rp. 28.000,00/unit dengan beban angkut Rp. 50.000,00
Jan 27 penjualan 60 unit barang dagang dengan harga Rp. 50.000,00/unit
Jan 28 diterima pengembalian barang atas penjualan tanggal 27 Jan
Jan 30 penjualan 50 unit barang dagang dengan harga Rp. 50.000,00/unit
Persediaan barang dagangan pada tanggal 1 januari 2008 sebanyak 80 unit dengan harga pokok Rp. 24.000,00/unit dan seluruh transaksi dilaksanakan secara cash.
Diminta :
Hitunglah persediaan pada tanggal 31 januari 2008, apabila Perusahaan menggunakan metode Perpetual.
3. PD. SEJAHTERA mencatat mutasi persediaan barang CX menurut system inventarisasi fisik. Persediaan barang dinilai pada tiap akhir bulan, dengan data transaksi bulan Februari 2011 sebagai berikut .
Februari 1, Sediaan awal 4.000kg @4.550
Februari 4, Pembelian 5.000kg @4.800 kepada PT. Sentosa secara kredit faktur no.024 dengan beban angkut pembelian sebesar 200.000
Februari 8, Penjualan 6.600kg @7.200 kepada Toko Selamet secara kredit faktur no.031
Februari 15, Pembelian 4.000kg @5.000 kepada PD. Maju Lancar secara kredit faktur no.012 dengan beban angkut pembelian 160.000
Februari 17, Penjualan 6.400kg @7.500 kepada Toko Koko secara tunai. Faktur no.04
Februari 19, Diterima pengembalian barang sebanyak 300kg atas penjualan tanggal 17 Februari faktur no. 06
Februari 22, Pembelian 4.000kg @5.300 kepada CV. Abadi secara kredit faktur no. 088 dengan beban angkut pembelian 150.000
Februari 23, Dikembalikan barang 800kg kepada CV. Abadi faktur no. 68
Februari 25, Diterima hasil penjualan atas transaksi tanggal 8 faktur no.42
Februari 26, Pembelian 3.000kg @5.200 kepada PT. Suka Jaya secara kredit faktur no.92 dengan beban angkut pembelian 120.000
Februari 27, Dibayar utang atas transaksi tanggal 4 februari faktur no. 04
Februari 28, Dibayar gaji karyawan 2.000.000
Setelah dilakukan pemeriksaan & perhitungan fisik, sisa barang CX pada tanggal 28 Februari 2011 digudang terdapat sisa sebanyak 6.500kg dengan masing-masing karung berisi 100kg (neto), yang terdiri dari :
30 karung @5.300
25 karung @5.200
10 karung @5.000
Diminta : Tentukan nilai persediaan akhir barang CX tanggal 28 Februari 2011 dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata Sederhana, Rata-rata Tertimbang dan Tanda Pengenal Khusus !
30 karung @5.300
25 karung @5.200
10 karung @5.000
Diminta : Tentukan nilai persediaan akhir barang CX tanggal 28 Februari 2011 dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata Sederhana, Rata-rata Tertimbang dan Tanda Pengenal Khusus !
4. Sebutkan beberapa alasan mengapa perusahaan menggunakan metode taksiran laba kotor didalam menentukan besarnya harga pokok persediaannya!
5. Sebutkan langkah-langkah untuk menentukan harga pokok persediaan dengan menggunakan metode taksiran laba kotor !
6. Pada tanggal 1 April 2012, perusahaan mengalami kebakaran yang menghabiskan seluruh gedung perusahaan termasuk persediaan yang tersimpan didalamnya,namun beberapa catatan akuntansi terutama yang berhubungan dengan persediaan masih dapat diselamatkan. Berikut ini informasi yang dikutip dari catatan akuntansi tersebut:
Persediaan 1 Januari Rp. 43.200.000,00
Pembelian Rp. 339.000.000,00
Potongan pembelian Rp. 6.500.000,00
Retur pembelian Rp. 3.100.000,00
Penjulan Rp. 478.000.000,00
Potongan penjualan Rp. 5.300.000,00
Retur penjualan Rp. 4.100.000,00
Biaya angkut pembelian Rp. 2.400.000,00
Biaya umum Rp. 28.900.000,00
Biaya penjualan Rp. 55.700.000,00
Diminta :Dengan metode laba kotor, hitunglah jumlah persediaan yang terbakar pada tanggal 1 April 2012 jika selama 4 tahun terakhir, prosentase rata-rata laba kotor terhadap penjualan bersih adalah 30%
0 Response to "Materi Mengelola Kartu Persediaan"
Posting Komentar